UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI
TUGAS ILMU BUDAYA DASAR
ANGGOTA KELOMPOK :
AAY AISYAH ANISA(18216449)
ARIF RAHMAN DIMAS (11216064)
ILHAMSYAH PUTRA (13216449)
JUNAEDI SYAFAAT (13216788)
RIFQI AZIZ KURNIAWAN()
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Jakarta, 1 November 2016
Penyusun
Bagian 1
Latar belakang Budaya dan Unsur Budaya Pernikahan Adat Betawi
Pernikahan adat Betawi didasari oleh prinsip pemikiran orang jaman dulu yang berfikir lebih baik untuk menikah dengan orang yang masih mempunyai hubungan kerabat dengan mereka. Ini karena pemikiran orang Betawi jaman dahulu masih sederhana.
Lalu, orang Betawi juga tidak memikirkan tentang usia untuk menikah. Wanita yang berusia 15 tahun pun sudah bisa menikah dengan laki laki yang sudah dijodohkan oleh orang tua dari perempuan.
Dari segi unsur budaya, pernikahan adat Betawi dipenuhi dengan seserahan, petasan untuk memeriahkan, dan juga pakaian pengantin yang penuh warna. Dari segi pakaian pengantin dipengaruhi oleh budaya Cina, Arab, dan India. Ini yang membuat busana pengantin seolah menggambarkan bahwa masyarakat Betawi ramah dan saling terbuka satu sama lain.
Dari sisi seserahan, pengantin pria pertama kali membawa bingkisan alakadarnya dalam tahapan pengenalan antara calon pengnatin pria dan keluarga wanita.
Bagian 2
Nilai adat suku Betawi
Nilai budaya kesenian Betawi
Tari-tarian
Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Tionghoa seperti tariannya yang memiliki corak tari Jaipong dengan kostum penari khas pemain Opera Beijing. Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling dinamis. Selain seni tari lama juga muncul senitari dengan gaya dan koreografi yang dinamis. Dewasa ini orkes gambang kromong biasa digunakan untuk mengiringi tari pertunjukan kreasi baru, pertunjukan kreasi baru, seperti tari Sembah Nyai, Sirih Kuning dan sebagainya, disamping sebagai pengiring tari pergaulan yang disebut tari cokek. Sebagai pembukaan pada tari cokek ialah wawayangan. Penari cokek berjejer memanjang sambil melangkah maju mundur mengikuti irarna garnbang kromong. Rentangan tangannya setinggi bahu meningkah gerakan kaki.
Bagian 3
Tradisi pernikahan adat Betawi
1. Ngelamar
Ngelamar atau melamar adalah pernyataan dan permintaan resmi dari pihak keluarga pemuda untuk menikahkan putranya kepada pihak calon mempelai wanita. Ngelamar dilakukan oleh beberapa orang utusan yang disertai dengan membawa sejumlah barang bawaan wajib, antara lain:
• Sirih Embun; bawaan wajib dalam lamaran yang berisi daun sirih dilipat bulat dan diikat potongan kertas minyak, sirih yang telah diisi rempah-rempah, bunga rampai tujuh rupa, serta tembakau yang dihias dalam berbagai bentuk.
• Pisang raja dua sisir dibawa di atas nampan yang dihias dengan kertas warna-warni. Setiap ujungnya ditutup dengan cungkup kertas minyak berwarna hijau, kuning atau merah. Pisang raja ini harus ada karena dianggap buah yang tinggi nilainya, sesuai dengan namanya.
• Roti tawar dibawa di atas nampan dihias dengan kertas warna-warni.
• Uang sembah lamaran, hadiah lainnya berupa baju atau bahan pakaian wanita.
Setelah ngelamar selesai, acara yang sangat menentukan pun dilanjutkan yakni membicarakan masalah mas kawin, uang belanja, plangkah (kalau calon pengantin mendahului kakak kandungnya), dan kekudang (makanan kesukaan calon pengantin wanita). Pembicaraan dilakukan oleh utusan pihak keluarga wanita dengan utusan pihak keluarga pria.
Dalam rangkaian pernikahan adat Betawi, acara ini merupakan unsur yang sangat menentukan. Apabila tande putus telah disepakati maka dilanjutkan dengan pembicaraan yang lebih rinci perihal: apa dan berapa banyaknya tande putus, berapa biaya yang diperlukan untuk keperluan pesta, berapa lama atau berapa hari pesta itu akan diselenggarakan, berapa jumlah perangkat pakaian upacara perkawinan dikenakan pengantin perempuan, serta perihal siapa dan berapa banyak undangan.
2. Bawa Tande Putus
Acara ini bisa disepadankan dengan bertunangan. Tande putus bisa berupa apa saja, namun orang Betawi biasanya memberikan tande putus kepada si gadis berupa cincin belah rotan, uang pesalin sekedarnya, serta aneka rupa kue.
Tande Putus ini sendiri artinya si gadis atau calon none mantu telah terikat dan tidak dapat lagi diganggu oleh pihak lain, begitu pula dengan si pemuda atau calon tuan mantu. Setelahtande putus diserahkan, maka berlanjut dengan menentukan hari dan tanggal pernikahan.
Menentukan Mahar atau Mas Kawin
Mahar atau mas kawin menjadi pembicaraan pokok. Tempo dulu dengan mendengar permintaan dari pihak calon none mantu, mak comblang dan utusan dari keluarga calon tuan mantu akan segera memahami apa yang diinginkan.
Apabila pihak calon none mantu mengatakan “none kite minta mate bandeng seperangkat,” itu adalah kata kiasan yang berarti calon none mantu menghendaki mas kawin berupa seperangkat perhiasan emas berlian. Bila pihak calon none mantu menyatakan, “none kite minta mate kembung seperangkat”, artinya mas kawin yang diminta adalah seperangkat emas perhiasan bermata intan asli.
Berdasarkan pembicaraan tentang mas kawin ini pihak pengantin pria harus bisa memperkirakan berapa jumlah belanja resepsi pernikahan dengan memperhatikan besarnya nilai mas kawin.
Setelah acara bawa tande putus, kedua belah pihak mempersiapkan keperluan pelaksanaan acara akad nikah. Masa ini dimanfaatkan juga untuk memelihara calon none mantu yang disebut dengan piare calon none penganten dan orang yang memelihara disebut tukang piare penganten atau dukun penganten.
3. Piare Calon None Penganten
Masa dipiare yaitu masa calon pengantin wanita (biasa disebut none mantu) dipelihara oleh tukang piare selama satu bulan. Dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan, dan memelihara kecantikan calon none mantu menghadapi hari pernikahan. Selain perawatan fisik, juga dilengkapi program diet dengan pantang makanan tertentu untuk menjaga berat tubuh ideal calon mempelai wanita, juga disertai minum jamu godok dan jamu air akar secang. Sekarang ini sulit sekali untuk memelihara calon none mantu selama satu bulan, sehingga kegiatan ini hanya dilakukan dalam 1-2 hari menjelang pernikahan.
4. Siraman dan Ditangas
Acara siraman atau mandiin calon pengantin wanita diadakan sehari sebelum akad nikah dan biasanya diawali dengan pengajian. Perlengkapan yang perlu disediakan antara lain kembang setaman, ramuan tambahan berupa daun jeruk purut, pandan wangi, akar wangi, daun mangkokan, daun sereh dan sebagainya; paso dari tanah, kursi rotan berlubang-lubang atau kursi kayu yang tengahnya diberi lubang, dan tikar pandan sebagai penutup saat acara tangas.
Urut-urutan acara siraman
1. Calon pengantin wanita (none mantu) mengenakan kain sarung dan kebaya tipis. Rambut dikonde sederhana dan ditutup kerudung tipis untuk menahan bunga dari air siraman.
2. Calon pengantin wanita mohon doa restu kepada kedua orang tua untuk melaksanakan upacara mandi, kemudian digandeng ke tempat siraman diiringi Shalawatan Badar.
3. Calon pengantin wanita duduk di kursi yang berlubang.
4. Calon pengantin wanita dimandikan oleh tukang piare dengan air kembang setaman (7 rupa), sambil tukang piare membaca Shalawat dan Dzikir. Bila ada permintaan dari keluarga, maka orang tua ikut memandikan.
Setelah acara siraman, calon pengantin wanita menjalani upacara tanggas atau kum (semacam mandi uap) untuk membersihkan bekas-bekas lulur yang masih tertinggal di pori-pori kulit. Perawatan ini dimaksudkan untuk menghaluskan dan mengharumkan kulit tubuh sekaligus mengurangi keringat pada hari pernikahan.
5. Ngerik dan Potong Centung
Berlangsung di dalam kamar calon mempelai wanita. Adapun perlengkapan yang perlu disediakan yakni kain putih ukuran dua meter untuk alas, kembang setaman, air putih dalam cawan dengan sekuntum bunga mawar atau lainnya untuk tempat gunting, pedupaan dan setanggi/gaharu, alat cukur, dua keping uang logam untuk batas centung (satu kali lipatan) dan untuk batasan mencukur anak rambut, serta tempat sirih lengkap dengan isinya.
Ngerik bertujuan membersihkan bulu-bulu kalong calon pengantin wanita yang tumbuh di sekitar kening, pelipis, tengkuk dan leher. Setelah itu tukang piare membuatkan centung(potongan centung) pada rambut di kedua sisi pipi dengan menggunakan uang logam untuk menjepitnya, agar pengantin selalu mendapat keberkahan dan keselamatan.
Bagian 4
Trankrip Wawancara Dengan Narasumber
Sumber : Ibu Juju Zubaedah
Penanya : selamat siang ibu, apa kabarnya ?
Narasumber : siang dek. Alhamdulillah baik.
Penanya : saya dari Universitas Gunadarma, memiliki tugas untuk mencari tahu tradisi pernikahan adat Betawi. Apa ibu punya waktu untuk memberi informasi tersebut?
Narasumber : iya saya bisa memberi sedikit informasi. Tapi mungkin tidak lengkap. Silahkan dicari jika ada yg kurang jelas.
Penanya : pertama, apa sejarah singkat mengenai kebudayaan pernikahan betawi?
Narasumber : sejarah pernikahan adat betawi itu awalnya dimana orang betawi menikah dengan keluarga yang masih memiliki hubungan kekerabatan.
Penanya : sesudah itu apa saja tahapan tata cara pernikahan adat betawi?
Narasumber: pertama, calon mempelai pria mendatangai calon mempelai wanita dengan membawa seserahan alakadarnya, lalu berkenalan dengan calon mempelai wanita dan keluarganya. Selang beberapa bulan kemudian mempelai pria datang untuk melamar calon mempelai wanita dengan membawa seserahan sebagai buah tangan. Lalu jika kedua belah pihak setuju, selanjutnya memasuki ke tahapan akad nikah. Pada saat memasuki tahapan akad nikah, mempelai pria datang dengan membawa seserahan sekitaran 30 sampai 40 yang berisi perlengkapan rumah, dapur, dan roti buaya yang dibantu oleh pendamping pria. Setelah sampai dirumah pengantin wanita, calon mempelai pria disuguhkan oleh palang pintu dari pihak wanita. Palng pintu kedua belah pihak saling beradu pantun dan juga beradu silat ebagai salah satu tradisi pernikahan adat betawi. Setelah itu, calon pengantin pria memasuki rumah calon mempelai wanita. Setelahnya, calon mempelai pria melakukan akad nikah dengan penghulu yang beserta wali dengan mempelai wanita yang masih berada dikamar. Setelah prosesi akad selesai, kedua mempelai dipertemukan dan sudah dinyatakan sebagai pasangan suami istri. Maka selesai sudah proses akad nikahnya.
Penanya : pertanyaan terakhir, apakah masih ada orang orang betawi yang masih menggunakan tradisi pernikahan adat betawi seperti yang ibu katakan ??
Penanya : dijaman sekarang, tradisi yang seperti itu sudah mulai ditinggalkan, karena perubahan jaman dan juga efek dari globalisasi. Maka dari itu orang Betawi mulai meninggalkan budaya tersebut karena terlalu rumit dan kompleks. Itulah alasan orang orang mulai meninggalkan kebudaayn tersebut.
Penanya : terima kasih untuk waktu dan informasinya bu.
Narasumber : iya, sama sama.
_
Daftar Pusaka
http://www.weddingku.com/blog/tahapan-upacara-pernikahan-betawi
https://nenxgendis.wordpress.com/about/suku-betawi/